
Subhanallah!
Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang
mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya
lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar
biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun
air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak
ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau
orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan
terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits Nabi
Hadits
ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an
pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah
yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam
tanahnya ada api "al-bahrul masjur."Sumpahnya:
"Demi
bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi
Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di
dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak
seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa
Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan
memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya
ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara”
sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau
mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu
yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan
air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup
berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah
satunya?
...tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat...
Persepsi
demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai
peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan
firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).
Memang,
ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan
peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun
sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan
sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam
hidup kita (di dunia).
Hal
inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan
arti bahasa kata kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga
membuatnya panas. Dan mereka ternyata menemukan makna dan arti lain dari
kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan menahan).
Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini
karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan
pengertian baru bahwa Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua
manusia dengan mengisi dan memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air
sambil menahannya agar tidak meluap secara berlebihan ke daratan.
Namun,
hadits Rasulullah SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat
menegaskan bahwa: Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api
ada lautan.
Setelah
Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan
samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang
sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya
materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan
dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang
membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh
samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah
samudera'.
Dengan
mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah samudera ini tampak jelas bahwa
gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari
bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya
ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui sebuah jaring retak yang
sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek lapisan bebatuan bumi dan
ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna dari segala arah dan
terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa lautan. sedangkan
kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak ini menembus lapisan
bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh lapisan lunak bumi (lapisan
bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan yang sangat elastis, semi
cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan kerekatan tinggi.
Bebatuan
lunak ini didorong oleh arus muatan yang panas ke dasar semua samudera
dan beberapa lautan semacam Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi
1.000 derajat Celcius. Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai
jutaan ton ini mendorong kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke
kiri yang kemudian disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan
dasar laut dan samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan
ini, maka wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun
penuh dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar
samudera dan beberapa dasar laut.
...meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera....
Salah
satu fenomena yang mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa
meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu
memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun
tidak mampu memanaskan air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang
berlawanan: air dan api di atas dasar samudera bumi, termasuk di
dalamnya Samudera Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan
seperti Laut Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan
Allah SWT yang tiada batas.
Laut
Merah misalnya, merupakan laut terbuka yang banyak mengalami guncangan
gunung berapi secara keras sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya
dengan beragam jenis barang tambang. Atas dasar pemikiran ini,
dilakukanlah proyek bersama antara Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia,
Sudan, dan salah satu negara Eropa untuk mengeksploitasi beberapa
kekayaan tambang yang menggumpal di dasar Laut Merah.
Kapal-kapal
proyek ini melemparkan stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel
tanah dasar Laut Merah tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu
diangkat dalam batang air yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika
stapler sampai ke permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani
mendekat karena sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan
uap air panas yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan
demikian, sudah terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa
ledakan gunung vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah
laut jauh melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
...terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi...
Kemudian
terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada
di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui
ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi.
Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga
kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan
lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang
puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di
permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: <p>"Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."</p>
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran
fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits Rasulullah
SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan Muhammad SAW,
sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan wahyu langit dan
diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan bumi. Maha benar
Allah yang menyatakan:
"Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,
Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri
dengan rupa yang asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian
dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada
Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu
dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah
wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak
seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali
baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam
hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang
menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
AYAT DAN HADITS TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
Bencana
selalu menimbulkan kesedihan, penderitaan, dan kerugian. Semua orang
pasti setuju dengan pendapat ini. Di Koran dan televisi di seantero
dunia secara khusus Indonesia para korban murung dan putus asa. Aceh
menangis dan Yogya pun berduka. Tambah pangandaran Jawa Barat. Semua
penuh dengan luka dan derita.
Ada
yang mengatakan, ini sudah takdir Allah. Mungkin betul. Para ilmuwan
pun mengamini karena letak geografis Indonesia memang rawan bencana.
Apalagi bencana sudah dalam rencana Tuhan seperti Q.S (Al-hadid) : 22.
Deskripsi ala Indonesia di atas sekedar untuk menghentakkan kita bahwa
sudah sedemikian parahkah alam dan lingkungan ini sehingga tak sayang
terhadap penghuninya ?. Mungkin Tuhan mulai bosan bersahabat dengan kita. Demikian syair lagu yang sering dilantunkan oleh kalangan arti.
Lingkungan
yang menjadi perbincangan dalam forum ini senada saja maknanya dengan
alam. Alam secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, tepatnya pada
QS.(1): 1. Tetapi yang berbeda adalah
peristilahan lingkungan hidup secara baku, baik dari aspek ajaran
maupun tradisi keilmuan Islam, kedua-duanya tidak terdapat dalam konsep
yang konkrit. Namun isyaratnya jelas di dalam al-Qur’an.
Konseptualisasi lingkungan atau alam dalam Islam merupakan pemahaman rasional terhadap ayat-ayat kauniyah yang terbentang di hadapan manusia, di samping ayat-ayat qauliyah yang cenderung menjelaskan tentang alam dan seluruh isinya.
Keberadaan
alam dan seluruh benda-benda yang terkandung di dalamnya merupakan
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Secara keseluruhan saling
membutuhkan, dan saling melengkapi kekurangannya. Kelangsungan hidup
dari setiap unsur kekuatan alam terkait dengan keberadaan hidup kekuatan
lain. Kejadian alam dan apa yang di dalamnya saling mendukung sehingga
ia disebut alam secara keseluruhan. Alam dan apa-apa yang ada di
dalamnya seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang termasuk manusia dan benda
mati yang ada di sekitarnya, serta kekuatan alam lainnya seperti angin,
udara dan iklim hakekatnya adalah bagian dari keberadaan alam.
Masalah lingkungan dikenal dua kata kunci yang sangat erat hubungannya dengan keserasian lingkungan hidup, yaitu ekologi danekosistem. Ungkapan ekologi, ecologi berasal dari bahasa Yunani, oikosyang berarti rumah tangga dan kata logos yang
berarti ilmu. Jadi ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang rumah
tangga makhluk hidup. Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya, termasuk benda mati
yang ada disekitarnya[3].
Sebab didalam ekologilah dibicarakan adanya struktur dan interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Keberadaan makhluk hidup tidak
dapat dipisahkan dari makhluk hidup lainnya, interaksi dalam pengertian
saling membutuhkan adalah dasar berkembangnya eksistensi makhluk hidup
menjadi makhluk yang mempunyai makna dalam kehidupan.
Kehidupan
yang mempunyai makna yang sebenarnya merupakan kehidupan yang memiliki
nilai kemanfaatan dalam proses berlangsungnya hidup di alam jagad raya
ini. Unsur yang terpenting dalam mewujudkan hidup yang bermakna terletak
pada seluruh makhluk hidup yang memiliki fungsi kegunaan, baik atas
dirinya maupun sesama makhluk hidup serta alam sekitarnya sebagai tempat
makhluk hidup berada, karena pada setiap makhluk hidup ada kekuatan
yang membangkitkan yang disebut energi.
Keberadaan
matahari sebagai sumber energi sangat dibutuhkan oleh semua makhluk.
Tumbuh-tumbuhan membutuhkan sinar matahari sebagai upaya mematangkan
makanan yang dibutuhkan dan batang pepohonan mampu mengatasi banjir yang
akan membahayakan makhluk hidup yang lain; hewan, tumbuhan termasuk
manusia. Pada pokoknya setiap energi yang ada pada semua makhluk hidup
saling dibutuhkan oleh sesamanya makhluk hidup yang masing-masing
tergantung kepada makhluk hidup yang lainnya.
Atas
dasar keterkaitan makhluk yang satu dengan yang lain dalam satu sistem
kehidupan ini terbentuk suatu sistem kehidupan yang disebut Ekosistem[5].
Ciri-ciri adanya ekosistem adalah berlangsungnya pertukaran dan
transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung di antara berbagai
komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya.
Energi
pada setiap makhluk hidup dibutuhkan oleh makhluk hidup yang lain yang
menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup. Dalam Islam saling
keterkaitan ini merupakan salah satu tujuan penciptaan Allah swt, sebab
Allah menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia (dengan suatu tujuan).
Adanya
keterkaitan menyebabkan terjadinya dinamisasi yang lebih mantap,
seimbang dan harmonis dalam kawasan lingkungan hidup. Kestabilan dan
kedinamisasian dalam lingkungan terletak pada upaya mengelola dan
melestarikan komponen lingkungan hidupnya. Kemudian melanjutkannya
dengan melihat apa kaitan kemanfaatannya pada populasi lain, pengelolaan
dan kelestarian lingkungan hidup erat hubungannya dengan mendudukkan
keseluruhan komponen lingkungan hidup secara kodrati. Selain itu, dalam
konteks kebangsaan, rentetan perisiwa dan bencana yang melanda negeri
ini- sekedar untuk menyebut- tsunami di Aceh dan Nias Sumaera Utara,
banjir banding di Sinjai Sulawesi selatan, dan atau tsunami lagi di
Pangandaran jawa Barat, perlu muncul di alam kesadaran kita bahwa tidak
mesti hanya melimpahkan kepada Tuhan akan penyebabnya. Tetapi perlu
koreksi diri, apa yang salah dalam pengelolaan alam dan lingkungan
selama ini.Malah yang terakhir, semburan Lumpur Lapindo Brantas di
Sidoarjo Jawa Timur semakin menguatkan keyakinan kita bahwa benar firman
Allah dalam QS. (30) Rum:41. Inilah
per-masalahan yang akan dikaji pada penulisan makalah ini. Tidak saja
pada normatifitas al-Qur’an dan hadits sebagai peringatan yang
disampaikan sebelumnya tetapi juga pada bukti-bukti nyata bagaimana
akibat kaum yang tak peduli akan ajaran al-Qur’an tentang pelestarian
alam/lingkungan.
II. PENGERTIAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Kata pelestarian berasal dari kata “lestari” yang berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, bertahan kekal. Kemudian mendapat tambahan pe dan akhiran an,
menjadi pelestarian yang berarti; (1) proses, cara, perbuatan
melestarikan; (2) perlindungan dari kemusnahan dan kerusa-kan,
pengawetan, konservasi; (3) pengelolaan sumber daya alam yang menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan manjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya.
Sedangkan
lingkungan hidup berarti; (1) kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya; (2) lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas
organisme hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Lingkungan
hidup tidak saja bersifat fisik seperti tanah, udara, air, cuaca dan
sebagainya, namun dapat juga berupa sebagai lingkungan kemis maupun
lingkungan sosial. Lingkungan
sosial meliputi antara lain semua faktor atau kondisi di dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan pengaruh atau perubahan sosiologis,
misalnya : ekonomi, politik dan sosial budaya.
Lingkungan
meliputi, yang dinamis (hidup) dan yang statis (mati). Lingkungan
dinamis meliputi wilayah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Lingkungan
statis meliputi alam yang diciptakan Allah swt, dan industri yang
diciptakan manusia. Alam yang diciptakan Allah, meliputi lingkungan
bumi, luar angkasa dan langit, matahari, bulan dan tumbuh-tumbuhan.
Industri ciptaan manusia, meliputi segala apa yang digali manusia dari
sungai-sungai, pohon-pohon yang ditanam, rumah yang dibangun, peralatan
yang dibuat, yang dapat menyusut atau membesar, untuk tujuan damai atau
perang.
III. DESKRIPSI UMUM HADIS –HADIS TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
Dalam
mengkaji hadis-hadis yang secara khusus membicarakan tentang
lingkungan, sebenarnya terdapat banyak kesulitan. Kesulitan pokok adalah
tidak adanya term yang jelas tentang lingkungan, misalnya kata yang
secara special tentang lingkungan. Beda dengan term lainnya misalnya
ilmu, nikah, dan lain-lain yang dengan gampang diakses melalui CD hadis
dengan metode takhrij huruf atau tema. Term lingkungan hanya dapat
diperoleh dengan membaca keseluruhan matan hadis, menterjemahkan dan
mengambil kesimpulan dan menetapkannya sebagai obyek pembahasan. Kata zara’a: menanam misalnya, baru dapat ditetapkan setelah membaca keseluruhan matan hadisnya.
Sebagai
pelengkap penulis mencantumkan kata-kata yang terkait fauna, flora,
udara, air dan tanah yang terambil dari Al-qur’an dan (mungkin) hadis.
Kata- kata dalam hadis sangat susah menghitung jumlah kata yang
diinginkan misalnya kata dabbat, karena ketiadaan kamus hadis sebagaimana yang dimiliki al-Qur’an misalnya mu’jam li alfadzil Qur’an.
Term-term yang dapat menjadi dasar pencarian hadis yang berkaitan dengan lingkungan meliputi :
1. Fauna
Fauna, dalam al-Qur’an ditemukan kata “دابة/الدواب” dan kata “الأنعام”. Yang pertama berulang sebanyak 18 kali,[13]sementara yang kedua berulang sebanyak 32 kali[14]. Dabbah arti dasarnya adalah binatang yang merangkak. Juga diartikan hewan, binatang dan ternak. Sedangkan al-An’am, arti dasarnya ternak. Ternak disini meliputi: unta, lembu, dan kambing. Mahmud Yunus me-masukkan kerbau.
1. Flora
Kata
flora dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan dengan “segala
tumbuh-tumbuhan yang terdapat dalam suatu daerah atau di suatu masa”. Istilah ini kemudian dipakai untuk seluruh jenis tumbuhan dan tanaman.
Sebagai padanan dari kata flora, dalam al-Qur’an digunakan kata “نبات” dan “الحرث”. Yang pertama berulang sebanyak 9 kali, sementara yang kedua berulang sebanyak 12 kali. Nabatberarti tumbuh-tumbuhan dan al-harts berarti tanaman.
2. Tanah, Air dan Udara (Angin)
Setelah
fauna dan flora, maka unsur lingkungan yang sangat vital dalam
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya ialah tanah, air dan udara
(angin).
a. Tanah (bumi); dalam bahasa Arab tanah berarti “الأرض”. Kata “الأرض” berulang sebanyak 451 kali.
b. Air; kata “ماء”
yang berarti air disebut sebanyak 59 kali dalam al-Qur’an. Selain itu
ada 4 bentuk lain, masing-masing disebut satu kali, yaitu: “ماءك، ماءها، ماءكم، ماؤها” sehingga seluruhnya berjumlah 63 kali.
c. Udara; dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, angin antara lain berarti : (1) gerakan atau aliran udara; (2) hawa, udara. Dalam al-Qur’an, udara atau angin “الريح، الرياح”, berulang sebanyak 28 kali.
IV. HADIS-HADIS TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
Islam sebagaimana yang terkandung dalam dalil-dalil normatif seperti Al-qur’an, hadis, kaedah-kaedah fiqih memuat sejumlah aspek dan tujuan perbaikan lingkungan. Aspek yang dimaksud tertera dalam kolom berikut ini :
Tujuan
|
Al-Qur’an
|
Hadits
|
Kaidah Fiqih
|
Tasawwuf
|
Pemeliharaan Lingkungan
|
Al-A’raf: 55, al-Baqarah: 205, ar Rum: 41, al-Qashash:77, Saba : 27-28
|
Shahih Muslim:2618, sunan at-turmudzi: 2799, Sunan Abu Daud: 25
| ||
Pemanfaatan lingkungan
|
Al-Baqarah:22, an-Nahl: 11, al-Anbiyaa:30, az-Zumar: 21, Qaf:7-11, al-Hadid :4, Fathir:12, al-Zalzalah: 2
|
Musnad Ahmad:22422, shahih Bukhari:4207
|
Dar’u al-mafasid muqaddamun ala jalbi al-mashalih(Mencegah kerusakan itu harus lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan)
|
Kisah Hayy Ibn Yaqdzan, Karya Ibn Tufail
|
Pencegahan bencana lingkungan
|
Al-Baqarah:11-12, 195,ali imran:190-191
|
Sunan Ibn Majah :2340, Shahih Muslim:282
|
Keterangan : Doktrin yang tercantum di atas sekedar sampel, masih banyak dalil- dalil yang memerintahkan menjaga lingkungan.
Dapat
dibayangkan bahwa ketika al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw,
14 abad yang silam, Dia sudah berbicara tentang daur ulang lingkungan
yang sehat lewat angin, gumpalan awan, air, hewan, tumbuh-tumbuhan,
proses penyerbukan bunga, buah-buahan yang saling terkait dalam kesatuan
ekosistem.
Mengingat
banyaknya hadis yang berkaitan dengan lingkungan hidup, maka
pembahasannya pada makalah ini akan dibatasi pada beberapa hadis saja
sebagai sampel mengenai pelestarian lingkungan hidup.
1. Kewajiban Memelihara dan Melindungi Hewan
Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang dengan cara :
(a) memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e… وَعَلَى الَّذِي يَرْكَبُ وَيَشْرَبُ النَّفَقَةُ
Artinya :
Dari
Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : ….“Orang yang
menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (HR.
Bukhari)
(b) menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّه عَنْهم أَنَّ النَّبِيَّ e قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ
الْعَطَشُ
فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ
يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ
بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي
فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ
اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّه وَإِنَّ لَنَافِي
الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا فَقَالَ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Artinya :
Dari
Abu Hurairah, berkata; Rasulullah saw bersabda : “suatu ketika seorang
laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya
kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu
minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor
anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu
orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing initelah
menderita seperti apa yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam
sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya.
Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang
tengah dalam kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan
mengampuni dosanya. Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat
bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam memberikan
makanandan minuman kepada hewan-hewan kami ?”. Nabi menjawab :
“tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi
pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis
di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan
keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang
menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah
berterima kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni dosa-dosanya; dan (3)
Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai Pencipta,
Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang.
Dia lah yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan
tempat penyimpanan makanannya, Allah swt, berfirman dalam QS. Hud (11): 6
وَمَا
مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ(6)
Terjemahnya :
Dan
tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh).
Secara
implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa memelihara
dan melindungi makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara memberikan
makanan dan memotoring tempat tinggalnya. Manusia sebagai makhluk Allah
awt, yang termulia diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan dilarang
untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sebagaimana firman-Nya da;a, QS.
al-Qashasah (28): 77
وَابْتَغِ
فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ
الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77)
Terjemahnya :
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.
Di lain ayat, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah berfirman :
… وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Terjemahnya :
…
dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul
kamu orang-orang yang beriman”.
Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.
2. Penanaman Pohon dan Penghijauan
Salah
satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan
penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw
menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini
diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang
berbunyi :
… قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ
طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya :
“….
Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman,
kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan,
kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim dari Anas).
Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;
وَهُوَ
الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ
شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا
وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ
أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ
انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(99)
Terjemahnya :
Dan
Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman
yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami
keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, yaitu :
(a) pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80): 24-32, sebagai berikut :
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ(24)أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا(25)ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا (26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا(27)وَعِنَبًا وَقَضْبًا(28)وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا(29)وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30)وَفَاكِهَةً وَأَبًّا(31)مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ(32)
Terjemahnya :
maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya Kami
benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah
bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang)
lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu.
b) pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml (27): 60, sebagai berikut :
أَمَّنْ
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ
تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ
يَعْدِلُونَ(60)
Terjemahnya :
Atau
siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air
untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun
yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Maka
lihatlah pada ungkapan ini “kebun-kebun yang sangat indah” yang berarti
menyejukkan jiwa, mata dan hati ketika memandangnya. Setelah Allah swt,
memaparkan nikmat-nikmat-Nya, baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah
delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-Nya أنظروا إلى ثمره إذ أثمر وينعه“lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya” (QS. 6 : 99).
Imam
al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; “Bertani bagian dari fardhu
kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan manusia untuk melakukannya,
salah satu bentuk usaha itu adalah dengan menanam pohon.”
3. Menghidupkan Lahan Mati
Lahan
mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi
bangunan dan tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS.
Yasin (36):
وَءَايَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
Terjemahnya :
Dan
suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang
mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian,
maka dari padanya mereka makan”.
Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :
…
وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ
اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيج ٍ(5) ذَلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(6)
Terjemahnya :
…
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan
air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbu-hkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya
Allah, Dia lah yang hak dan sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan
segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kematian
sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak
ditanami, tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian
tumbuh didalamnya pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di
dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal.
Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil dari pernyataan Nabi saw, dalam bagian matanhadis, yakni مَنْ أَحْيَا أَرْضًا مَيِّتَةً فَهِيَ لَهُ (Barang siapa yang menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya).
Dalam
hadis ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang
kosong adalah bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan
anjuran bagi mereka yang menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha
ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan yang dianjurkan Islam, serta
dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar, karena
usaha ini adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan
menambah sumber-sumber produksi. Sedangkan
bagi siapa saja yang berusaha untuk merusak usaha seperti ini dengan
cara menebang pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah saw sebagaimana dalam bagian matan hadis,
yakni ; مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللَّهُ رَأْسَهُ فِي النَّارِ (Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka).
Maksud
hadis di atas, dijelaskan kemudian oleh Abu Daud setelah meriwayatkan
hadis tersebut, yaitu kepada orang yang memotong pepohonan secara
sia-sia sepanjang jalan, tempat para musafir dan hewan berteduh. Ancaman
keras tersebut secara eksplisit merupakan ikhtiar untuk menjaga
kelestarian pohon, karena keberadaan pepohonan tersebut banyak memberi
manfaat bagi lingkungan sekitar. Kecuali, jika penebangan itu dilakukan
dengan pertimbangan cermat atau menanam pepohonan baru dan menyiram-nya
agar bisa menggantikan fungsi pohon yang ditebang itu.
4. Udara
Salah
satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang
mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa
oksigen, manusia tidak dapat hidup.
Tuhan
beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses daur
air dan hujan. Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164
إِنَّ
فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ
بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ
الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(164)
Terjemahnya :
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Pada ayat lain, yakni QS. al-Rum (30): 48 Allah juga berfirman :
اللَّهُ
الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي
السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ
يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ(48)
Terjemahnya :
Allah,
Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari
celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya
yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.
Udara
merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang
meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat
unsur yang seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur tersebut ialah
tanah, air, udara dan api. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern
telah membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana,
akan tetapi merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur.
Air
misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah
yang terbentuk dari belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk
dari sekian ratus unsur, dengan dua unsur yang paling dominan, yaitu
nitrogen yang mencapai sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak 20,946 persen. Satu persen sisanya adalah unsur-unsur lain.
Termasuk
hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia menciptakan
udara dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan
mayoritasnya, yaitu 78 persen dari udara. Kalau saja kandungan udara
akan gas nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan bunga-bunga
api dari angkasa luar karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu
yang kerap kali terjadi) dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada
permukaan bumi.
Fungsi
lain dari udara/angin adalah dalam proses penyerbukan/ mengawinkan
tumbuh-tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Hijr (15): 22 sebagai
berikut :
وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ(22)
Terjemahnya :
Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu,
dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpan-nya.
Dengan
Di antara sekian banyak manfaat angin adalah kemampuannya dalam
menggerakkan kapal-kapal untuk terus berlayar dengan izin Allah. Angin
berfungsi juga untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain,
dan yang menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai permukaan
air. Dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa benih-benih
yang menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran
tumbuh-tumbuhan ke berbagai belahan bumi.
Namun
angin juga bisa menjadi bencana bagi makhluk hidup ketika ia menjadi
badai misalnya, Allah telah menghancurkan kaum ‘Ad dengan angin badai
karena kekafiran dan kesombongan mereka di atas muka bumi ini, lalu
mereka berkata, “Siapakah diantara kita yang lebih kuat ?”. Allah swt,
berfirman dalam QS. al-Dzariyat (51):
وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ
مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيم)
Terjemahnya :
Dan
juga pada (kisah) ‘Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang
membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya
melainkan dijadikannya seperti serbuk.
Sebagai
manusia terkadang muncul ketika datang angin topan yang sangat kencang
dengan membawa debu dan hawa panas, yang akan membuat sebagian manusia
sakit, mereka lupa bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah dan
berjalan sesuai dengan hukum alam Nya yang tidak dapat dirubah. Sebab
itulah Nabi saw, melarang pencelaan terhadap angin, beliau bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ فَإِنَّهَا تَجِيءُ بِالرَّحْمَةِ وَالْعَذَابِ وَلَكِنْ سَلُوا اللَّهَ > مِنْ خَيْرِهَا وَتَعَوَّذُوا مِنْ شَرِّهَا
Artinya :
Rasulullah saw bersabda : Janganlah
kalian mencela angin, karena sesungguhnya ia berasal dari ruh Allah
Ta’ala yang datang membawa rahmat dan azab, akan tetapi mohonlah kepada
Allah dari kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari
kejahatannya. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah)
Sungguh,
nikmat udara merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan demikian,
manusia dituntut untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia
yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, dengan melestarikannya
bukan dengan mencemarinya dan merusaknya, yang akan membawa mudharat
bagi dirinya dan makhluk ciptaan Allah Swt, lainnya.
5. Air
Sumber
kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber
kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman
dalam QS. al-Anbiya’ (21) , yakni “وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ” (Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup).
Pada
hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi
karena Allah menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis,
manusia seringkali tidak menghargai air sebagaimana mestinya.
Namun
satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah komoditas
yang bisa tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan kekayaan
nabati atau hewani, sebab itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS.
al-Mu’minun (23):
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
Terjemahnya :
Dan
Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan
air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya.
Jika
makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara
kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan melestarikan
kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-kali melakukan
tindakan-tindakan kontra produktif, yaitu dengan cara mencemarinya,
merusak sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan tidak menggunakan
air secara berlebih-lebihan (israf), menurut ukuran-ukuran yang wajar.
a. Larangan mencemari air
Bentuk-bentuk
pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing,
buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber
air. Rasululullah saw bersabda :
… اتَّقُوا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَةَ الْبَرَازَ فِي الْمَوَارِدِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ وَالظِّلِّ [51]
Artinya :
Jauhilah
tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air,
ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw, juga bersabda : لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لَا يَجْرِي ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ (Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian mandi disana. HR. Al-Bukhari)
Pencemaran
air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing, buang air
besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman
pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari semua
itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat beracun yang
mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra.
b. Penggunaan air secara berlebihan.
Ada bahaya
lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air
secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan tidak
berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir yang mengetahui
betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan dengan QS. al-An’am (6), yakni وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf).
Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadis, yakni
…
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِسَعْدٍ
وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَقَالَ مَا هَذَا السَّرَفُ يَا سَعْدُ قَالَ أَفِي
الْوُضُوءِ سَرَفٌ قَالَ نَعَمْ وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهْرٍ جَارٍ
Artinya :
…
Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika Sa’ad
berwudhu, Nabi berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad
bertanya : “Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan ?”. Nabi
menjawab: “Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir”.
6. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam.
Salah
satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan,
ialah bagaimana menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang
ada tanpa merusaknya. Karena tidak diragukan lagi bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan tertentu. Seperti dalam firman Nya dalam QS. al-Mulk (67):
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ
تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
Terjemahnya :
Allah
yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang,
Inilah
prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan
moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun
meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau
meremehkan, ia cenderung menyimpang, lalai serta merusak. Hiperbolis di
sini maksudnya adalah berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran.
Sementara meremehkan maksudnya ialah lalai serta mengecilkan makna yang
ada. Keduanya merupakan sikap yang tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji.
Sikap
adil, moderat, ditengah-tengah dan seimbang seperti inilah yang
diharapkan dari manusia dalam menyikapi setiap persoalan. Baik itu
berbentuk materi maupun inmateri, persoalan-persoalan lingkungan dan
persoalan umat manusia, serta persoalan hidup seluruhnya.
Keseimbangan
yang diciptakan Allah swt, dalam suatu lingkungan hidup akan terus
berlangsung dan baru akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar
biasa, seperti gempa tektonik, gempa yang disebabkan terjadinya
pergeseran kerak bumi.
Tetapi
menurut al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh
ulah perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt
yang menandaskan hal tersebut adalah QS. al-Rum (30):, sebagai berikut :
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Terjemahnya
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
Selanjutnya Allah awt, berfirman di dalam QS. Ali Imran (3):
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
Terjemahnya :
(Adzab)
yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya.
Di
abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung
meningkat dan terlihat semakin meningkat lagi terutama pada beberapa
dasawarsa terakhir. Tindakan-tindakan mereka tersebut merusak
keseimbangan lingkungan serta keseimbangan interaksi antar
elemen-elemennya. Terkadang
karena terlalu berlebihan, dan terkadang pula karena terlalu
meremehkan. Semua itu menyebabkan penggundulan hutan di berbagai tempat,
pendangkalan laut, gangguan terhadap habitat secara global,
meningkatnya suhu udara, serta menipisnya lapisan ozon yang sangat
mencemaskan umat manusia dalam waktu dekat.
Demikianlah,
kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman adalah kenyataan bahwa
kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak pada suatu saat
kelak akan berakibat pada hancurnya bumi beserta isinya.
VI. PENUTUP
Berdasar uraian
di atas maka disimpulkan bahwa masalah pelestarian lingkungan hidup
terungkap dalam beberapa hadis sebagai perintah bagi manusia agar
menjaga dan atau memelihara lingkungan mereka dengan baik (ihsān).
Unsur-unsur lingkungan hidup yang ditunjuk oleh hadis adalah; fauna,
flora, tanah, air, dan udara. Upaya-upaya yang harus ditempuh dalam
melestarikan lingkungan hidup adalah antara lain; memelihara dan
melindungi hewan; menanam pohon dan penghijauan; menghidupkan lahan mati; memanfaatkan udara dan air dengan baik, serta yang terpenting adalah bagaimana agar keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat dijaga dan berupaya mengindari untukmerusaknya.
Al-Qur’an sebagai hudan li al-nas sudah
barang tentu, bukan hanya petunjuk dalam arti metafisis-eskatologis,
tetapi juga menyangkut masalah-masalah praktis kehidupan manusia di alam
dunia sekarang ini, termasuk di dalamnya, patokan-patokan dasar tentang
bagaimana manusia menyantuni alam semesta dan melestarikan lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, energi pada setiap makhluk hidup dibutuhkan
oleh makhluk hidup yang lain, yang menyebabkan terjadinya kelangsungan
hidup. Dalam
Islam saling keterkaitan ini merupakan salah satu tujuan penciptaan
Allah. Sebab Allah menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia.
Berdasar
pada rumusan kesimpula di atas, maka dapat diimplikasikan bahwa
persepsi hadis tentang pelestarian lingkungan merupakan isyarat tentang
adanya keteraturan yang harus dijaga oleh setiap makhluk hidup dalam
satu sistem, dan apabila sistem itu terganggu menyebabkan
porak-porandanya makhluk hidup yang kokoh dan tergantung pada ekosistem.
Wa Allahu A’lam bin al-Sawab …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar