Rabu, 01 Oktober 2014

Ekstremis Indonesia berselisih soal ISIL

Perselisihan mengenai ekstremis Negeri Islam Irak dan Levant ( ISIL) menyebabkan perpecahan di kalangan kelompok garis keras di Indonesia dan mengikis otoritas terpidana ulama Abu Bakar Ba'asyir.
Putra-putra Bashir baru-baru ini keluardari organisasi ekstremis yang didirikan ayah mereka, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), karena menolak mengambil sumpah kesetiaan kepada ISIL, menurut Jakarta Post.
Bashir, yang sedang menjalani hukuman penjara 15 tahun di Nusakambangan memerintahkan semua anggota JAT yang tidak mendukung ISIL untuk meninggalkan organisasi itu.
Putra-putranya, Abdul Rohim (juga dikenal sebagai Iim) dan Rosyid Ridho, membentuk kelompok sempalan Jamaah Ansharusy Syariah (JAS), dengan sesumbar memiliki 2.000 pendukung, menurut the Post.
Kelompok itu masih merupakan ancaman keamanan nasional, menurut Ansyaad Mbai, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), yang menambahkan JAS ke dalam daftar organisasi teroris.
"Jika mereka mengatakan tujuannya adalah untuk menjauh dari JAT dengan tujuan mendirikan hukum syariah, apa perbedaan antara keduanya? Pertanyaan yang lebih penting adalah bagaimana mereka akan mencapai tujuan mereka," kata Ansyaad.
"Kami akan melanjutkan upaya penegakan hukum kami terlepas dari bertambahnya organisasi baru. Keselamatan warga negara lebih penting."
"Saya benar-benar tidak melihat apa yang membuat JAS berbeda dari JAT, kecuali bahwa JAS menolak untuk melakukan ba'iat (sumpah setia) kepada pemimpin ISIL, Abu Bakar al-Baghdadi," ujar mahasiswi Iryana Multi kepada Khabar.
Pakar terorisme Noor Huda Ismail mengatakan kedua organisasi itu memiliki ideologi yang sama.
"Kita semua tahu bahwa hampir seluruh tindakan terorisme di Indonesia didukung oleh radikal Islam - termasuk Jemaah Islamiyah (JI), JAT, Mujahidin Indonesia Timur (MIT) - dan mereka semua memiliki tujuan yang sama: mendirikan negara Islam baru, tetapi tanpa demokrasi. JAS tampaknya mengakomodasi ideologi ini," ujar Noor, ketua Yayasan Prasasti Perdamaian, kepada Khabar.
Menurut Wawan Purwanto, pakar terorisme di Universitas Indonesia, pembentukan JAS bisa mengakibatkan dampak negatif.
"Ini bisa menjadi tempat di mana teroris berkumpul kembali untuk memperkuat tujuan mereka dan berbagi sumber daya," kata Wawan kepada Khabar. Ia mendesak pemerintah untuk meminta dukungan dari masyarakat "sehingga mereka dapat terlibat secara kuat dalam pencegahan terorisme".
  • Polisi mengawal Abu Bakar Bashir ke sebuah rumah sakit di Jakarta untuk operasi katarak pada bulan Februari 2012. Putra-putra Bashir awal bulan ini berselisih dengan ayah mereka karena seruannya untuk mendukung Negara Islam Irak dan Levant (ISIL). [Romeo Gacad/AFP]
    Polisi mengawal Abu Bakar Bashir ke sebuah rumah sakit di Jakarta untuk operasi katarak pada bulan Februari 2012. Putra-putra Bashir awal bulan ini berselisih dengan ayah mereka karena seruannya untuk mendukung Negara Islam Irak dan Levant (ISIL). [Romeo Gacad/AFP]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar