Rabu, 01 Oktober 2014
Sepuluh Akhlak Yang Harus Dimiliki Muslim/Muslimah
Sepuluh
Akhlak Yang Harus Dimiliki Muslim/Muslimah sumber: Kafemuslimah.com
Akhlak : Dalam bahasa, akhlak (budi pekerti) berarti kebiasaan atau
watak. Secara terminologi, akhlak berarti kebiasaan, tabiat, atau watak
di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur
rekayasa ataupun reka-reka. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa
akhlak adalah tindakan tanpa rekayasa. Sepuluh Akhlak Muslim/Muslimah :
(1). Tidak menyakiti orang lain. “Orang Muslim adalah orang yang
orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keusilan) lidah dan tangannya.
Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang Allah atas dirinya” H.R. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amru.
Hadis tersebut menyatakan bahwa Muslim terbaik adalah Muslim yang
menunaikan hak-hak kaum Muslimim lainnya dalam menjalankan hak-hak
Allah, artinya orang Muslim harus mencegah diri dari menyakiti orang
lain. Penyebutan lidah dan tangan adalah manifestasi cara menyakiti
orang lain, baik secara verbal maupun fisik. Balas menyakiti orang yang
menyakiti kita sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi yang lebih afdal
adalah bersabar dan mengharapkan pahala di sisi Allah (Q.S. Al-Ahzaab
58). Manifestasi perilaku tidak menyakiti orang lain adalh dengan : •
Tidak menyakiti tetangga ; pesan berinteraksi secara baik dengan
tetangga gencar disampaikan melalui peringatan bahwa tetangga adalah
salah satu pintu masuk surga dan bahwasanay mereka kelak menjadi saksi
kita di akhirat • Menjaga mulut Ldah kelak menjadi cambuk siksaan di
hari kiamat. Menjaga lidah adalah jalan menuju keselamatan. Semakin
banyak berbicara akan semakin banyak tersilap. Oleh karena itu,
berpikirlah sebelum berbicara dan jangan berbohong, berkata kasar,
ghibah, mengejek, dll. • Tidak menyakiti anak-anak Hindari mengejek dan
meremehkan anak-anak, pilih kasih dalam memperlakukan mereka, atau
mendoakan mereka celaka. (2). Menyingkirkan benda menyakitkan dari
jalan. “Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam pulih sekian cabang.
Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling
rendah adalah menyingkirkan benda dari jalanan dan malu termasuk cabang
keimanan.” H.R.Muslim dari Abu Hurairah r.a. Mneyingkirkan benda yang
menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk manifestasi dzikir yang
bisa menjauhkan manusia dari api neraka. (3). Malu. Malu adalah
perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian
dari iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini
karena malu menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Malu
mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang memberi nikmat dan
mencegah kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak. Disamping
itu, malu juga mencegah berbuat/berkata kotor demi menghindari celaan
dan kecaman. Malu adalah rasa yang membuat seorang mukmin urung
melakukan maksiat karena perasaan serba salah jika sampai dilihat oleh
Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan yang justru merupakan
kelemahan ental dan sering menimbulkan banyak masalah. Sikap keterlaluan
perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan dengan
laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan faktor
kesungkanan. Kewajiban dalam rasa malu ada empat: • Berpakaian menutup
aurat • Memandang menahan pandangan matanya • Berbicara tidak bergaya
centil dan manja ketika berbicara. • Pergaulan tidak berdesakan dengan
lelaki (4). Santun berbicara. “Sesungguhnya seseorang mengatakan satu
patah kata yang ia pandang tidak ada masalah. Padahal, sepatah kata itu
enyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh puluh tahun.” (H.R.
At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a) Kesantunan berbicara dimanifestasikan
dalam tiga hal : • Berbicara pelan jangan mengeraskan suara diatas
volume yang dibutuhkan pendengar karena hal itu tidak sopan dan
menyakitkan. Wanita yang bersuara keras menunjukkan ia belum terdidik
sempurna dan masih membutuhkan evaluasi panjang dengan dirinya sendiri. •
Memperhatikan pembicaraan lawan bicara dan tidak menjatuhkan harga
dirinya hal ini dapat dicapai dengan tersenyum, berbicara sesuatu yang
menjadi perhatian/kesenangan lawan bicara, dan simak lawan bicara dengan
penuh perhatian. • Tidak memotong pembicaraan (5). Jangan berbohong.
“Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia
meninggalkan bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan
meskipun dalam posisi benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a. ) Iman
dan kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan
akan mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang
yang bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam,
kebohongan kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti
membanggakan diri, bercanda, dan berkelakar juga dapat menjerumuskan
kepada kebohongan. Bentuk kebohongan terbesar terhadap Allah adalah
kebohongan dalam berniat, berjanji, dan beramal. Bohong yang
diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua orang yang bersiteru,
bohong dalam perang, dan bohong untuk menyenangkan suami/istri. (6).
Tinggalkan perdebatan. “Sesungguhnya tadi aku keluar untuk
memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah
jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah
(pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda
sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima
(terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit)
Rasulullah hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya
lailatul qadr secara pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan
darinya karena mendengar perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia
membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut melakukan provokasi
didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan
amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll. Arena yang paling
disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk
menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat
dijadikan saran untuk memperoleh kemenangan semu. Dengan meninggalkna
debat, itu adalah bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada
manhaj, dan keyakinan kepada Allah SWT. Debat yang diperbolehkan adalah
dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan
dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi
secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap. (7).
Jangan bakhil (pelit). Predikat paling buruk yang disandang oleh wanita
muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit. Orang bakhil yang
paling bakhil dapat dibagi tiga : • Orang yang bakhil dengan dunia di
jala akhirat. • Orang yang bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih
zuhud meninggalkan keduniaan. • Orang yang mendengar nama Nabi SAW
disebut dihadapannya namun ia tidak bershalawat. Salah satu makar orang
bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu
diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada
ahli waris. Berikut
manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil : • Mengeluarkan
zakat wajib. • Memberikan shadaqah. • Menyuguhi tamu. • Memberikan
hadiah. Satu lagi menifestasi bakhil dalam kehidupan rumah tangga ialah
bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan perasaan-perasaan
mulia, khususnya dengan suami. (8). Tepiskanlah rasa dengki. Surga yang
luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan
memaafkan manusia. (Ali Imran 133-134). Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan
dalah Ihya Ulumuddin bahwa, “Marah bertempat di hati. Kemarahan yang
hebat berarti mendidihnya darah di dalam hati menuntut pembalasan yang
merupakan makanan marah dan syahwatnya, dan ia tidak akan tenang kecuali
dengan penuntasannya.” Dengki didefenisikan sebagai memendam permusuhan
di dalam hati dan menunggu-nunggu kesempatan pemuasannya. Muncul ketika
merasa muak dan jengkel terhadap seseorang. Dengki akan melahirkan 8
buah kezaliman terhadap orang lain : • Hasud • Mencaci maki saat terjadi
bala cobaan • Mendiamkan • Melecehkan, berpaling, menjauh • Ghibah •
Mengolok-olok • Menyakiti fisik • Menahan kucuran kemurahan (pemberian
dan silaturrahim) Jika orang shahih jengkel, maka berbuat adil. Jika
orang budiman jegkel, maka mereka bertindak mulia. Jika orang naif
jengkel, mereka bertindak semena-mena. Untuk mencapai status
Ash-Shiddiiqiin (orang-orang budiman) maka ada tiga tangga yang harus
dilalui, yaitu : • Menahan amarah • Memaafkan kesalahn manusia • Berbuat
baik kepada orang yang memusuhi (9). Dilarang iri/hasud. Hasud adalah
reaksi jiwa dan oenyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang diterima
seesorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan
raibnya kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya : •
Permusuhan, kebencian, kemarahan, kedengkian. • Takabur dan arogan •
Kegearan pada dunia • Ambisi kekuasaan • Kebusukan jiwa dan kekerdilan
dari kebaikan Hasud adalah senjata makan tuan yang menghasilkan mudarat
dunia dan keagamaan. Orang yang dihasudi justru berada diatas angin
sebab ia memperoleh beragam keuntungan dengan kehasudan orang yang
menghasudinya, di dunia maupun di akhirat. Obat penyembuh hasud adalah
ilmu dan amal. Ilmu : orang alim adalah orang yang tidak hasud pada
orang yang lebih tinggi dan tidak melecehkan orang lebih rendah (tingkat
keilmuannya). Amal : dengan amal proses pengurungan hasud bisa berjalan
dengan sempurna. (10). Pantang terpedaya (Ghurur) Ghurur adalah bentuk
kelalaian dan keterpedayaan dan merupakan predikat yang menempel pada
setiap penipu. Ghurur memiliki tiga sumber utama : • Tertipu oleh angan
kehidupan dunia –> merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang
melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan,
bukan sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah
ia bersyukur atau malah kufur. • Tertipu oleh janji setan –> setan
senantiasa memberi bisikan yang membesarkan dirinya sehingga tidak lagi
peduli pada dosa besar dan kecil. • Tertipu oleh angan ampunan Allah
–> Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang munafik, dan pemaksiat
atas ilusi dan keterpedayaan mereka o Ilusi ahlul kitab –> bahwa
dengan kekuatan yang dimiliki, mereka bisa mengalahkan Allah. o Ilusi
orang munafik –> mereka berpikir bahwa di akhirat kelak mereka bisa
mengatakan hal yang sama yangpernah
mereka katakan kepada kaum mukminin sewaktu di dunia, bahwa mereka
bersama-sama kaum mukminin. Manifestasi ghurur cukup beragam,
diantaranya : • Meremehkan amalan-amalan ringan • Mencemooh kaum papa
dan fakir miskin, enggan bergaul dengan mereka. Untuk mengatasinya,
letakkanlah gumpalan pahala di depan mata Anda ketika melakukan
amalan-amalan sepele dan ringan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar